Sistem Keuangan Global

 

Pada abad 19 sistem kontemporer menjadi akar yang berguna untuk mengkaji kebangkitan, kejatuhan, dan rekonstruksi ekonomi global pada tahun-tahun sebelum Perang Dunia II. Pada "gelombang pertama" globalisasi, interaksi antara perubahan teknologi dan politik menjadi faktor pendorong utama. Dari bidang teknologi, inovasi yang dilakukan menghasilkan penemuan mesin uap dan telegram, telah menguntungkan perdagangan komoditas berat dalam jarak jauh. Berjalannya mesin uap berpengaruh besar dalam proses perdagangan jarak jauh, ditambah dengan penggunaanya di kapal laut semakin mengurangi biaya dan waktu. Dahulu biaya ekspedisi kapal yang tinggi telah menjadi penghalang proses perdagangan kecuali komoditas ringan yang bernilai tinggi, namun semenjak terjadi perkembangan teknologi khususnya dalam hal transportasi, sehingga proses perdagangan pada abad kesembilan belas menjadi sangat menuntungkan.

            Selain perkembangan teknologi, infrastruktur politik juga penting dalam memperlancar proses perdagangan. Pemerintah perlu membangun infrastruktur yang memfasilitasi pertukaran global agar dapat menciptakan kemungkinan - kemungkinan baru. Infrastruktur ini didasarkan pada jaringan perjanjian perdagangan bilateral dan sistem moneter internasional yang stabil. Inggris menjadi pemerintahan pertama yang membantu proses pengurangan hambatan perdagangan. Dicabutnya "hukum jagung" dan membuka pasar untuk biji - bijian impor pada tahun 1840-an menjadi tanda awal bahwa Inggris mengadopsi kebijakan perdagangan bebas. Kemudian penghapusan sebagian besar tarif perdagangan dan perjanjian Cobden-Chevalier oleh Inggris dan Prancis pada tahun 1860 memberikan momentum pada pergeseran ke perdagangan bebas. Perjanjian yang dilakukan tersebut memicu terbentuknya  jaringan bilateral yang secara substansial mengurangi hambatan perdagangan di seluruh Eropa dan negara berkembang yang masih terjajah.

            Sebagian besar pemerintah telah mengadopsi emas sebagai pendukung mata uang mereka. Dalam standar emas ini, setiap pemerintah berjanji untuk menukar mata uang nasionalnya dengan emas dalam nilai tukar tetap yang permanen. Inggris Raya kembali menjadi negara pertama uang mengadopsi konsep standar emas ini kemudian disusul oleh Jerman pada tahun 1872. Berawal dari kedua negara tersebut, kemudian banyak pemerintah lain yang mengikutinya. Trend tersebut membuat hubungan harga internasional menjadi stabil dan mendorong perdagangan serta invetasi internasional. Perdagangan di kawasan Eropa tumbuh pada tingkat rata-rata 3,5 persen per tahun antara tahun 1815 dan 1914, tiga setengah kali lebih cepat daripada 300 tahun sebelumnya. Hal tersebut juga meyebabkan peningkatan angka migran, mencapai 1 juta per tahun pada dekade pertama abad kedua puluh. Modal finansial juga telah mengalir melintasi perbatasan.

            Manufaktur Inggris yang memilih London sebagai pusat keuangannya telah mendominasi perdagangan dunia sepannjang abad kesembilan belas. Banyak ekonom politik yang menyebut hegemon Inggris telah menyediakan berbagai infrastruktur ekonomi global. Namun gelar hegemon yang dipegang Inggris tersebut tidak berlangsung lama. Melalui ilmu pengetahuan dan bentuk - bentuk organisasi perusahaan baru,  perkembangan industri cepat terjadi di Amerika Serikat dan Jerman pada masa perang. Meskipun untuk membiayai perang konsep standar emas sudah tidak diberlakukan lagi, Inggris nyatanya telah meminjam banyak uang serta menjual banyak aset asing mereka. Lalu, setelah berakhirnya perang, Inggris juga kembali dibebani oleh utang luar negeri yang tidak sedikit. Hal ini berujung pada berdirinys Amerika Serikat sebagai kekuatan ekonomi dominan dunia, serta manufaktur ekonomi dan kreditur terbesar terbesar dunia.

            Prancis dan Inggris (bersama dengan negara-negara Eropa yang lebih kecil yang berperang melawan Triple Alliance) telah meminjam dari Amerika Serikat untuk membiayai sebagian dari pengeluaran perang mereka. Kebijakan utang perang Amerika memegang kunci dalam pemulihan ekonomi Eropa, dan memiliki konsekuensi nyata dalam ekonomi global masa antar perang (antara 1918 - 1939). Penolakan yang dilakukan Amerika untuk mengampuni utang Prancis, membuat Prancis bersikeras bahwa Jerman membayar kerusakan perang dengan membayar reparasi kepada Sekutu. Pembayaran reparasi yang besar menghambat pemulihan ekonomi Jerman, yang ironisnya juga ikut menghambat pemulihan ekonomi seluruh Eropa. Kekacauan reparasi utang perang mendominasi diplomasi dan memperburuk hubungan antar-Eropa sepanjang tahun 1920-an.

            Kekacauan dan kegagalan dalam menyelesaikan permasalahan keuangan akibat peperangan ini, artinya ekonomi internasional tidak pernah berada pada fondasi yang kokoh. Meskipun pemerintah telah meberlakukan kembali standar emas dan telah menghidupkan kembali perdagangan internasional pada pertengahan 1920-an, masalah hutang perang dan reparasi  masih ada sehingga membuat sistem menjadi rapuh dan tidak dapat menahan guncangan jatuhnya pasar saham Amerika pada bulan Oktober 1929. keruntuhan finansial tersebut menekan aktivitas ekonomi. Permintaan konsumen turun tajam menyebakan pabrik menghentikan produksi dan melepaskan pekerja mereka sehingga Output turun dan pengangguran meningkat. Depresi Hebat yang terjadi menjadi keruntuhan produksi dan lapangan kerja terbesar yang pernah dialami dunia industri. Produksi Amerika turun 30 persen antara tahun 1929 dan 1933; pengangguran naik menjadi 25 persen di Amerika Serikat dan setinggi 44 persen di Jerman.

            Menanggapi depresi ekonomi yang terjadi, dalam upaya putus asa pemerintah menaikkan tarif untuk melindungi pasar dalam negeri. Negara-negara dengan kepemilikan kolonial menciptakan blok perdagangan yang menghubungkan kekuatan kolonial dengan miliknya. Inggris Raya dan Prancis mendirikan Sistem Preferensi Kekaisaran pada tahun 1933 untuk melindungi hubungan perdagangan dan investasinya dengan koloni-koloninya dari seluruh dunia. Pada pertengahan tahun 1930-an, ekonomi dunia telah hancur menjadi blok perdagangan regional yang relatif terisolasi, lalu pemerintah bergerak menuju Perang Dunia kedua.

            Kegagalan dalam merekonstruksi ekonomi global setelah Perang Dunia pertama, depresi, dan perang berikutnya memiliki dampak dramatis pada kebijakan Amerika. Pembuat kebijakan Amerika menarik dua pelajaran dari periode antar perang. Pertama, mereka menyimpulkan bahwa Perang Dunia kedua sebagian disebabkan oleh kegagalan dalam membangun kembali ekonomi global yang stabil setelah Perang Dunia pertama. Kedua, mereka menyimpulkan bahwa Amerika Serikat sendiri cukup untuk membangun ekonomi global yang stabil. Kesimpulan ini mendorong Amerika Serikat untuk menganut orientasi internasionalis. Bekerja sama dengan pembuat kebijakan Inggris di awal 1940-an, Amerika Serikat merancang lembaga internasional untuk menyediakan infrastruktur bagi ekonomi global pascaperang.

            Pada tahun 1944 pemerintah terus menyediakan struktur kelembagaan di pusat ekonomi global. WTO, IMF, dan Bank Dunia semuanya merupakan hasil dari periode perencanaan pascaperang yang terpadu ini. Dalam hal - hal penting, ekonomi global pasca-Perang Dunia II berbeda dari sistem liberal klasik abad kesembilan belas. Pada tingkat yang paling luas, perbedaan tersebut terlihat dalam sikap masyarakat yang berubah tentang peran ekonomi tepat oleh pemerintah. Dalam sistem liberal abad kesembilan belas, pemerintah menghilangkan hambatan perdagangan dan melakukan sedikit upaya untuk mengelola aktivitas ekonomi domestik. Pemerintah menggunakan kebijakan ekonomi makro untuk mendorong pertumbuhan dan membatasi pengangguran, lalu mereka membentuk jaring pengaman untuk melindungi masyarakat yang rentan terhadap kekuatan penuh pasar. Terlepas dari perbedaan penting ini, ekonomi global pascaperang sebenarnya merupakan pemulihan ekonomi global abad 19.

 

Perkembangan sistem keuangan global didukung oleh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, yang juga memberikan penguatan dalam bidang penyatuan keuangan antarnegara yang ada di dunia. Meskipun begitu, pemanfaatan dan penggunaan yang berkaitan dengan keadaan ini, berbagai penyatuan keuangan juga sudah memberikan penyebab yang berkaitan dengan krisis keuangan meluas dan lebih mudah serta cepat dan hal tersebut dapat membuat rusak dalam bidang perekonomian yang saling memiliki keterkaitan dan keterhubungan.

Sistem keuangan global yang saat ini berlaku bagi sebagian besar menganut sistem ekonomi yang berlandaskan kepada laba dengan menggunakan bunga. Sistem keuangan tersebut memberikan titik berat secara khusus terhadap kebijakan ekonomi yang memberi persetujuan berkaitan dengan keseimbangan memerlukan laba yang menuju kepada instrumen bunga, maka dari itu bunga menjadi komponen vital yang berkaitan dengan bagaimana caranya menyusun kebijakan ekonomi baik di bidang ekonomi moneter maupun fiskal. Dalam lingkungan yang global, bidang ekonomi yang berlandaskan kepada bunga memberikan hal yang berkaitan dengan berbagai corak maupun hubungan timbal balik yang berkaitan dengan keuangan menjadi ciri khas. Dari sudut pandang yang berkaitan dengan analisis kritis, bunga menjadikan sistem keuangan global menjadi tidak seimbang, karena masih terdapat negara-negara yang memiliki perbedaan khususnya di bidang perekonomian yaitu terdapat negara miskin serta mengalami perkembangan yang harus terus bergantung dengan negara maju yang memiliki perekonomian tinggi secara finansial. Sifat pre-determined return bunga akan menjadikan para perilaku dalam pemegang modal yang bersifat kapital cenderung memerlukan uang sebagai alat untuk memberikan pernyataan umum yang berkaitan dengan pendapatan melalui sektor perekonomian daripada memperoleh bunga sebagai hasil dari keuntungan melalui kegiatan yang bersifat produktif atau yang memiliki keterkaitan dengan memproduksi suatu barang di bidang yang riil.

Sistem keuangan global yang seringkali mengalami krisis memberikan pertanda bahwa sangat rentannya sistem ekonomi yaitu kapitalisme yang mana hal tersebut terjadi akibat dari multidimensi serta dari krisis,hal tersebut bertujuan atau demi untuk krisis yang dialami tersebut membutuhkan berbagai asumsi maupun pemikiran yang ada secara jernih serta jujur yang berkaitan tentang terdapatnya revisi maupun perbaikan sistem keuangan global yang ada. Dalam hal ini, tidak terdapat hal yang salah apabila sistem keuangan global mulai diberikan yang memiliki tujuan untuk mempunyai peranan sebagai sistem cadangan. Perbedaan yang berasal dari sistem kapitalisme, sistem keuangan global selalu memprioritaskan apa yang menjadi kebutuhan serta yang menjadi hal-hal yang bermanfaat bagi pemberdayaan masyarakat secara riil bukan hanya sekedar untuk mendapatkan pertumbuhan ekonomi saja sebagai problematika utama yang membutuhkan berbagai jalan keluar dan pengaktualisasian dan penerapan kebijakan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini